🌘 Piso Gaja Dompak Sisingamangaraja
Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang - pejuang Aceh menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakangnya diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. [1] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang - pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Namapiso gaja dompak terdiri dari kata piso artinya pisau, berfungsi untuk memotong, menusuk. Berbentuk runcing dan juga tajam. tapi senjata yang berbentuk pisau, berhubungan erat dengan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja I. Dalam mitosnya diyakini Sisingamangaraja I, dikultuskan sebagai titisan Batara Guru. Saat itu, Manghuntal dewasa
SisingamangarajaXII adalah sosok yang tidak asing lagi di daftar Nama-Nama Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional tanggal 19 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Piso Gaja Dompak dinyakini tidak akan bisa dicabut dari sarungnya oleh seseorang yang tidak memiliki kesaktian, kecuali oleh orang
Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. [3] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang - pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al
Duapedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh , pejuang - pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran .
Sisingamangarajabertemu dengan Raja Uti dan mereka makan bersama dan katanya: "Sudah benar ini adalah Raja dari orang Batak Kemudian piso Gaja Dompak pun diserahkan kepadanya dan dicabut/dihunusnya dengan sempurna dari sarangnya serta diangkatnya ke atas sambil manortor. Siapa di antara putera raja itu yang bisa melakukan hal-hal di atas
Duapedang kembar melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi Perang Aceh, pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul2 dengan warna Merah & Putih , berlatar pedang, bulan sabit, matahari dan bintang serta ayat suci Al Qur'an.
Foto Piso Gaja Dompak milik Raja Sisingamangaraja XII. Prof Dr. Laurence M: Belanda mendatangkan sahabat Raja Sisingamaraja yang merangkap informan beliau di Balige, yaitu ompung Manullang, ayah dari Tuan M.H Manullang. Ompung ini mengidentifikasikan mayat itu melalui dua ciri khas yaitu: Melihat bekas luka beliau di bahu pada waktu perang
.
Daftar Isi Senjata Tradisional Suku Batak Toba 1. Piso Halasan 2. Piso Gading 3. Tunggal Panaluan 4. Piso Gaja Dompak Senjata Tradisional Suku Batak Karo 1. Piso Tumbuk Lada 2. Piso Surit Senjata Tradisional Suku Nias 1. Toho 2. Baluse Senjata Tradisional Suku Batak Dairi 1. Piso Sanalenggam Senjata Tradisional Suku Melayu 1. Meriam Puntung Medan - Etnis yang beragam di Sumatera Utara Sumut membuat kekayaan budaya wilayah ini berlimpah. Hal itu meliputi senjata tradisional. Detikers harus tahu, senjata tradisional khas Sumatera Utara sangatlah leluhur menggunakan senjata-senjata tersebut dalam berbagai kegiatan, mulai dari berperang, acara adat, berburu, dan lain-lain. Kira-kira, detikers tahu ada berapa banyak senjata tradisional di Sumatera Utara?Dilansir dari berbagai sumber, berikut detikSumut hadirkan sepuluh senjata tradisional khas Sumut. Simak selengkapnya di bawah ini! Senjata Tradisional Suku Batak Toba1. Piso HalasanBerasal dari Tapanuli Utara, piso halasan merupakan senjata tradisional khas Sumut yang melambangkan kebesaran suku Batak dari van Zonneveld 2001, piso halasan berbentuk pedang bermata tunggal yang sedikit melengkung. Pisau dari pangkal sedikit semakin lapang, sempit di tengah, sedang di anggota ujung runcing tapi semakin lapang dari anggota tengah. Biasanya, piso halasan terbuat dari tanduk Halasan Istimewa/Instagram sarung pedang, terbuat dari bahan logam. Panjang keseluruhan piso halasan mencapai 76 cm dengan mata pisau sepanjang 50 cm. Di bagian gagang piso halasan diukir dengan ornamen yang indah. Dan terdapat ukiran seperti singa bertanduk harus tahu, nih, yang boleh memiliki piso halasan adalah pemimpin batak yang sudah benar otoritas sampai di tingkat Bius. Secara filosofi, pisau merupakan simbol kecerdasan sedangkan sarungnya dilambangkan sebagai hukum yang melaksanakan penangkal dari hal yang bersifat perbuatan yang dapat merugikan Piso GadingMasih dari Toba, senjata satu ini bukanlah sembarang piso karena hanya boleh dimiliki raja. Berbentuk pedang dengan bilah piso gading sedikit melengkung dan biasanya merupakan senjata yang beracun. Racun yang terdapat dalam pedang tersebut dapat menyerang sistem syaraf otak sehingga mampu melemahkan otak dan juga dapat menyerang Tunggal PanaluanTunggal Panaluan Foto Istimewa/Instagram nyamangalleryTunggal Panaluan ini merupakan senjata tradisional yang berbentuk tongkat. Biasanya, tunggal panaluan dimiliki oleh raja-raja yang meyakini, tunggal panaluan ini memiliki kekuatan supranatural, detikers! Biasanya, senjata tradisional ini digunakan saat upacara adat seperti meminta hujan, menolak bala, dan sebagainya. Ukiran dari senjata ini berupa hewan atau manusia yang tersusun ke Piso Gaja DompakApakah detikers kenal dengan Sisingamangaraja XII? Tenang, kita memang masih tetap membahas senjata tradisional, kok. Hubungannya dengan Sisingamangaraja XII lantaran senjata satu ini, piso gaja dompak, merupakan senjata dari pahlawan Sisingamangaraja ini dipergunakan Sisingamangaraja XII dalam upayanya mengusir penjajah Belanda dari Tanah Batak. Karena digunakan Sisingamangaraja XII, banyak yang meyakini senjata tersebut memiliki kekuatan supranatural terbilang lebih pendek dari pedang, apabila dibandingkan dengan belati, piso gaja dompak lebih panjang. Di bagian gagang piso gaja dompak dibuat ukiran berbentuk gajah dengan sarungnya berwarna Tradisional Suku Batak Karo1. Piso Tumbuk LadaKali ini kita berpindah ke masyarakat Karo, detikers. Senjata satu ini masih tergolong senjata tradisional khas Sumatera Utara. Piso tumbuk lada merupakan senjata khas dari Kerajaan Aru Karo dan Melayu pesisir Tumbuk Lada Foto Istimewa/Instagram memang boleh pendek detikers, tetapi senjata ini cukup berbahaya karena termasuk senjata yang beracun. Dengan ukurannya yang pendek, Piso tumbuk lada digunakan dalam pertarungan jarak termasuk senjata yang beracun, piso tumbuk lada bukan tergolong sebagai senjata berperang. Piso tumbuk lada lebih dikenal dengan ilmu Piso SuritSelain Tumbuk Lada, orang Batak Karo juga punya Piso Surit. Nama senjata ini berasal dari bahasa Karo, yakni piso berarti 'pisau' dan surit berarti 'tarung'. Sesuai namanya, piso surit dulunya digunakan orang Karo untuk melawan pasukan penjajah ini punya bentuk melengkung dengan gagang bercabang dua. Detikers dapat melihat langsung senjata kebanggaan orang Karo ini di sejumlah museum, salah satunya di Museum Jamin Ginting yang ada di Desa Suka, Kabupaten Tradisional Suku Nias1. TohoJauh menyeberangi laut, senjata tradisional satu ini berasal dari Pulau Nias. Namanya adalah toho yang berarti tombak dalam bahasa dari Warisan Budaya Indonesia, terdapat dua jenis toho yang digunakan masyarakat Nias, yaitu Toho Sondrami yang dipakai untuk berburu dengan ciri mata tombak yang memiliki kait dan Toho Bulusa atau Burusa yaitu tombak yang dipakai untuk Foto Dok. Museum Pusaka NiasToho merupakan benda yang digunakan Raja Sirao Uwu Zih, soerang tokoh utama dalam kisah tentang asal-usul Orang Nias untuk menguji sembilan orang anaknya yang salah satu dari mereka, jika berhasil melewati ujian akan diangkat menjadi mata Toho terbuat dari besi tempa oleh dikerjakan oleh para sihambu atau pandai besi. Panjang mata Toho dihitung dari ujung sampai pangkal mata Toho yang tersambung dengan kayu Akhe yang keras namun cukup lentur kira-kira 1,5 meter. Sedangkan di pangkalnya menggunakan kayu akhe yang dibuat BaluseSenjata tradisional khas Sumut ini digunakan para prajurit di Nias perlindungan terhadap tombak dan pedang. Melansir dari Museum Pusaka Nias, baluse berasal dari Hili'adulo, Nias sejarahnya, baluse menjadi salah satu senjata utama masyarakat suku Nias dalam berperang. Baluse juga digunakan sebagai pertahanan melawan Penjajahan Belanda yang bermukim di Tradisional Suku Batak Dairi1. Piso SanalenggamSenjata tradisional satu ini memiliki banyak sebutannya lho, detikers. Sebutannya yang lain ialah piso sanalenngan, piso sinalenggam, piso sinalenggan, piso surik sinalenggan, dari van Zonneveld 2001, piso sanalenggam memiliki bentuk melebar dari gagang hingga ujung dengan satu sisi potong yang tajam. Pedang ini biasanya tidak memiliki rongga atau belahan tengah. Bentuknya menyerupai bentuk S dan dari gagang ke ujungnya berbentuk sedikit yang digunakan dalam senjata ini terbuat dari kayu atau tanduk dengan hiasan ornamen di ujungnya. Ujung gagang membengkok ke arah kenop gagang. Kenop dan cincin gagangnya biasanya terbuat dari dibuat dari kayu dan permukaannya datar. Lebar lubang sarung dibuat lebih besar dari diameter pisau. "Piso Sanalenggam" digunakan oleh etnis Batak, terutama Suku Batak Tradisional Suku Melayu1. Meriam PuntungBeralih ke daerah Melayu, detikers. Senjata tradisional satu ini merupakan peninggalan sejarah yang bisa dijumpai di Istana Maimun. Senjata ini punya cerita menarik karena peletakannya di halaman istana di dalam sebuah bangunan rumah adat Batak itu, asal muasal penamaan senjata ini karena karena meriamnya tak utuh lagi alias ini memiliki kisah yang berkaitan dengan Kerajaan Aru dan juga kisah dari Putri Hijau. Seperti senjata tradisional yang lain, meriam puntung dianggap memiliki kekuatan gaib yaitu dapat meledak walau sulut apinya tidak buntung di halaman Istana Maimun Foto Wahyu Setyo Widodo/detikcomNamun dari sumber yang berhasil didapat detikSumut bahwa meriam puntung merupakan bukti penaklukan Kesultanan Deli terhadap Kerajaan dari Piso Halasan sampai Meriam Puntung, semuanya merupakan senjata tradisional khas Sumatera Utara. Dari sepuluh senjata tadi, adakah yang berasal dari suku detikers? Simak Video "Rencong, Senjata Tradisional Khas Aceh, Aneuk Laot Sabang" [GambasVideo 20detik] dpw/dpw
Foto Prof. Dr. Laurence Adolf Manullang, SE., SP., MM dalam acara Horja Bolon DMAB-LABB, di Jakarta. …lanjutan Bagian II Media Bagaimana pasukan Belanda memastikan bahwa yang tertembak itu adalah Raja Sisingamaraja, mengingat sebelumnya dikisahkan bisa menghilang? Foto Piso Gaja Dompak milik Raja Sisingamangaraja XII Prof Dr. Laurence M Belanda mendatangkan sahabat Raja Sisingamaraja yang merangkap informan beliau di Balige, yaitu ompung Manullang, ayah dari Tuan Manullang. Ompung ini mengidentifikasikan mayat itu melalui dua ciri khas yaitu Melihat bekas luka beliau di bahu pada waktu perang Pulas di Balige; dan kedua adalah, setelah dibuka mulutnya dan memang lidahnya berbulu. Maka jelaslah bahwa yang gugur itu adalah Raja Sisingamaraja XII. Media Ngomong-ngomong, kenapa Raja dan Ratu Belanda datang ke Tanah Batak, tapi tidak mampir ke Bakkara sebagai tanah leluhur dan tempat makam Raja Sisingamangaraja XII ya pak Prof? Prof. Dr. Laurence M Ya memang mungkin tidak ada yang menjadwalkan Raja dan Ratu Belanda kunjungi Bakkara secara khusus. Tentu itu dapat dipahami. Karena bisa saja mengingatkan luka lama. Apalagi kalau benar peristiwa genosida pembakaran seluruh asset bangunan kerajaan SSM XII dan perampasan benda-benda pusaka warisan turun-temurun mulai dari SSM I sampai XII, ketika perang Batak. Maka itu hanya bisa diampuni dengan mengadakan Horja Bolon Pesta derderajat tinggi antara Pemimpin Batak dengan Raja Belanda. Horja Bolon itu sebagai sendi dan seni Perdamaian Dunia yang merupakan prinsip Perdamaian Universal yang ditegakkan oleh UN United Nation, dimana semua anggota UN wajib melakukan itu. Diplomat Dewan Mangaraja Adat Batak LABB Lokus Adat Budaya Batak yang ahli dibidang itu, nampaknya perlu melakukan upaya diplomasi kreatif dan terukur. Media Bagaimana tadi kelanjutan cerita penyerangan serdadu Belanda terhadap Raja Sisingamangaraja. Apa yang Prof ketahui lagi? Prof. Dr. Laurence M Dua hari setelah Sisingamangaraja XII gugur, yaitu tanggal 19 Juni 1907, terjadi reaksi terhadap Belanda di Simanullang Toruan, di Sihotang, dan daerah Samosir bergolak. Namun semua yang mengadakan perlawanan ditangkap. Ompu Tuan Nabijak Manullang kemudian didenda 3000 guilders. Sihotang didenda 1000 guilders. Ompu Marhehe Malau bersama 10 anak buahnya gugur. Kemudian terjadi pemberontakan Si Hudamdam. Namun pemimpinnya berhasil ditangkap, seperti Laham Manullang dan Biding Simatupang, yang kemudian diketahui dibuang ke Digul. Sedangkan Ompung Tanggurung Munte, dibuang ke Ombilin, Sawahlunto. Ompung Ganjang Manullang dibuang ke Gunung Sitoli. Garam Manullang dibuang ke Nusakambangan. Peter Manullang dibuang Tanah Grogot, Kalimantan. Mereka masing-masing dihukum 8 delapan tahun. Belanda memang marah, sebab dalam pemberontakan si Hudamdam ini, kanselir WCM Muller Siborong-borong tewas. Demang dan Asisten Demang Siborong-borong juga luka-luka. Namun sebelum Sisingamangaraja XII gugur tahun 1907, Guru Somalaing Pardede, seorang datu, Panglima Sisingamangaraja XII, dan Pemimpin aliran Parmalim, dibuang pasukan Belanda ke Kalimantan, dan meninggal disana pada tahun 1896. Foto Lukisan Raja Sisingamangaraja XII Media Wah, 3000 gulden? Kira-kira senilai berapa itu sekarang? Dan banyak yang dibuang Belanda kemana-mana ya?. Prof. Dr. Laurence M Ya. Ternyata pahlawan Kemerdekaan itu sangat banyak dari Tanah Batak, yang gugur dan ditangkap Belanda. Itu saja yang berada di lingkungan kerajaan. Belum lagi pejuang-pejuang Batak lainnya. Bahkan sampai di denda gulden. Itu bisa membeli mobil Hammer anti peluru, kalau di investasikan sejak perang Batak sampai sekarang. Makanya di tanah Batak itu terukir sejarah monumental yang tidak bisa dilupakan. Bahkan pada waktu saya mampir di Belanda tahun 1976 itu tadi, saya suruh orang Belanda itu angkat koper saya dari lobby ke kamar hotel. Karena saya melihat udah agak tua, saya pikir pasti tentara pensiunan yang pernah bertugas di Indonesia. Tapi kasihan juga dan nggak tega. Saya kasih juga tip. Hmm… Media Raja Sisingamangaraja diketahui juga ahli strategi. Bagaimana dulu kira-kira strategi perangnya, dalam menghadapi Belanda ya? Prof. Dr. Laurence M Sisingamangaraja-lah yang mengumumkan perang Pulas tahun 1878, dan perang pertama diadakan di Toba Balige. Alpiso, putra Ompu Bontar Siahaan, Panglima Sisingamangaraja memobilisasi bala tentaranya dari Tangga Batu, bergabung dengan pasukan Sisingamangaraja yang lain di Balige, untuk menghadapi Belanda. Kemudian Raja Partahan Bosi dari Si Raja Deang Hutapea, Panglima SSM XII di Laguboti yang terkenal dengan hoda Bonggalanya, ikut perang pula. Pasukan Raja Sijorat Panjaitan yang mempunyai ilmu sangat tinggi juga bergabung dengan rakyat, dan tidak tinggal diam. Semua angkat senjata menghadapi Belanda, hingga kemudian Belanda kewalahan. Dari info inteligent, para Panglima SSM XII dapat info, bahwa bala bantuan tentara Belanda lengkap dengan meriam didatangkan dari Tarutung, Tapanuli. Maka para Panglimanya menyarankan agar SSM XII menyingkir ke Bakkara dan menantikan Belanda untuk pertempuran dahsyat di Bakkara. Disitulah ditemukan kekompakan orang Batak dalam menggelar perang rakyat semesta. Foto Makam Raja Sisingamangaraja XII di Bakkara Kemudian, menjelang tanggal 29 April 1878, Si Raja Deang Hutapea siap dengan tentaranya. Raja Sijorat Panjaitan dari Sitorang siap bersama para pejuang tangguh. Dari Pangaribuan dan pasukan Panglima Alpiso Siahaan dari Tangga Batu, dan pasukan setia lannya SSM XII sendiri siap untuk perang Pulas tanggal 29 April 1878 di Balige. Dan dibantu oleh pasukan perang dari uluan dan Porsea Media Mengenai kesaktian Piso Gaja Dompak itu, pangkal pisaunya satu tapi katanya ujung depannya bercabang dua, sehingga tidak bisa dicabut oleh siapapun selain SSM I sampai XII. Benarkah? Prof. Dr. Laurence M Ya, kalau menurut legenda, tatkala Piso Gaja Dompak itu bisa dicabut, maka piso itu marmehet-mehet berdesir-desir seperti suara kambing. Yang jelas, pisau itu hanya ada di kalangan keturunan raja. Ceritanya, ketika SSM XII berumur 6 tahun, dia memanjat pohon dan menggantungkan kakinya di cabang pohon, tapi kepalanya kebawah. Apa yang terjadi? Seketika itu juga, semua padi di Bakkara posisinya menjadi terbalik, dimana akar padi itu keatas dan ujung daun padi menukik kebawah. Lalu masyarakat setempat menyampaikan itu kepada SSM XI. Maka SSM XI pun sadar bahwa calon penggantinya telah lahir. Itu fakta bahwa Piso Gaja Dompak adalah tanda keselamatan Batak dari Mulajadi Nabolon, yang diserahkan kepada Raja Uti, dan selanjutnya dihadiahkan kepada SSM I sampai XII. Sebab Raja Uti itu lahir tidak mempunyai kaki dan tangan. Wajahnya juga berbeda dengan manusia biasa. Tubuh Raja Uti penuh dengan Rambut yang tidak bisa digunting dengan apapun. bersambung ke Bagian III Raja dan Ratu Belanda Datang, Jadi Ingat Piso Gaja Dompak Raja Sisingamaraja Sudah Kembali Bagian III Editor Danny PH Siagian, SE., MM Baca Juga Pengunjung 9,051 Continue Reading
piso gaja dompak sisingamangaraja